Cerita Ngentot + Gambar Gangbang Viona Sampai Habis Telan Sperma
Skidipapap - Viona selalu tampil manis dan harum. Suatu hari di sore hari Viona terkejut melihat kantornya telah gelap. Berarti pintu telah dikunci oleh Pak Budi dan Anto, satpam mereka. Dia tadi pergi ke WC terlebih dulu sebelum akan pulang. Mungkin mereka mengira ia sudah pulang. Baru saja ia akan menggedor pintu, biasanya para satpam duduk di pintu luar.
Ada kabar para satpam di kantor bank tersebut akan diberhentikan karena pengurangan karyawan, Viona merasa kasihan tapi tak bisa berbuat apa-apa. Seingatnya ada kurang lebih 6 orang satpam disana. Berarti banyak juga korban PHK kali ini.
“Mau kemana Viona?”, tiba-tiba seseorang menegurnya dari kegelapan meja teller. Viona terkejut, ada Budi dan Anto. Mereka menyeringai.
“Eh Pak, kok sudah dikunci? Aku mau pulang dulu..”, Viona menyapa mereka berdua yang mendekatinya.
“Viona, kami bakal diberhentikan besok..”, Budi berkata.
“Iya Pak, aku juga nggak bisa apa apa..”, Viona menjawab. Di luar hujan mulai turun. “Kalau begitu.. kami minta kenang-kenangan saja Mbak”, tiba-tiba Anto yang lebih muda menjawab sambil menatapnya tajam.
“I.., iya.., besok aku belikan kenang-kenangan..”, Viona menjawab. Tiba-tiba ia merasa gugup dan cemas. Budi mencekal lengan Viona. Sebelum Viona tersadar, kedua tangannya telah dicekal ke belakang oleh mereka.
“Aah! Jangan Pak!”. Anto menarik blus warna ungu milik Viona. Gadis itu terkejut dan tersentak ketika kancing blusnya berhamburan. “Sekarang aja Viona. Kenang-kenangan untuk seumur hidup!”. Budi menyeringai melihat Anto merobek kaos dalam katun Viona yang berwarna putih berenda. Viona berusaha meronta.
Namun tak berdaya, dadanya yang kencang yang terbungkus bra hitam berendanya mencuat keluar. “Jangannnn! Lepaskannn!”, Viona berusaha meronta. Hujan turun dengan derasnya. Anto sekarang berusaha menurunkan celana panjang ungu Viona.
Kedua lelaki itu sudah sejak lama memperhatikan Viona. Gadis yang mereka tahu tubuhnya sangat kencang dan sintal. Diam-diam mereka sering mengintipnya ketika ke kamar mandi. Saat ini mereka sudah tak tahan lagi.
Viona menyepak Anto dengan keras. “Eit, melawan juga si Mbak ini..”, Anto hanya menyeringai. Viona di seret ke meja Head Teller. Dengan sekali kibas semua peralatan di meja itu berhamburan bersih.
“Aahh! Jangan Pak! Jangannn!”, Viona mulai menangis ketika ia ditelungkupkan di atas meja itu. Sementara kedua tangannya terus dicekal Budi, Anto sekarang lebih leluasa menurunkan celana panjang ungu Viona. Sepatunya terlepas.
Diperlakukan seperti itu, Viona juga mulai merasa terangsang. Ia dapat merasakan angin dingin menerpa kulit pahanya. Menunjukkan celananya telah terlepas jatuh. Viona lemas. Hal ini menguntungkan kedua penyiksanya.
Dengan mudah mereka menanggalkan blus dan celana panjang ungu Viona. Viona mengenakan setelan pakaian dalam berenda warna hitam yang mini dan sexy. Mulailah pemerkosaan itu. Pantat Viona yang kencang mulai ditepuk oleh Budi bertubi-tubi, “Plak! Plak!”. Tubuh Viona memang kencang menggairahkan.
Payudaranya besar dan kencang. Seluruh tubuhnya pejal kenyal. Dalam keadaan menungging di meja seperti ini ia tampak sangat menggairahkan. Anto menjambak rambut Viona sehingga dapat melihat wajahnya.
Bibirnya yang penuh berlipstik merah menyala membentuk huruf O. Matanya basah, air mata mengalir di pipinya. “Sret!”, Viona tersentak ketika celana dalamnya telah ditarik robek. Menyusul branya ditarik dengan kasar.
Viona benar-benar merasa terhina. Ia dibiarkan hanya dengan mengenakan stocking sewarna dengan kulitnya. Sementara penis Budi yang besar dan keras mulai melesak di vaginanya. “Ouuhh! Adduhh..!”, Viona merintih.
Seperti binatang, Budi mulai menyodok nyodok Viona dari belakang. Sementara tangannya meremas-remas dadanya yang kencang. Viona hanya mampu menangis tak berdaya. Tiba-tiba Anto mengangkat wajahnya, kemudian menyodorkan penisnya yang keras panjang. Memaksa Viona membuka mulutnya.
Viona memegang pinggiran meja menahan rasa ngilu di selangkangannya sementara Anto memperkosa mulutnya. Meja itu berderit derit mengikuti sentakan-sentakan tubuh mereka. Budi mendesak dari belakang, Anto menyodok dari depan. Bibir Viona yang penuh itu terbuka lebar-lebar menampung kemaluan Anto yang terus keluar masuk di mulutnya.
Tiba-tiba Budi mencabut kemaluannya dan menarik Viona. “Ampuunnn…, hentikan Pak..”, Viona menangis tersengal-sengal. Budi duduk di atas sofa tamu. Kemudian dengan dibantu Anto, Viona dinaikkan ke pangkuannya, berhadapan dengan pahanya yang terbuka.
“Slebb!”, kemaluan Budi kembali masuk ke vagina Viona yang sudah basah. Viona menggelinjang ngilu, melenguh dan merintih. Budi kembali memeluk Viona sambil memaksa melumat bibirnya. Kemudian mulai mengaduk aduk vagina gadis itu.
Viona masih tersengal-sengal melayani serangan mulut Budi ketika dirasakannya sesuatu yang keras dan basah memaksa masuk ke lubang anusnya yang sempit. Anto mulai memaksa menyodominya.
“Nghhmmm..! Nghh! Jahannaammm…!”, Viona berusaha meronta, tapi tak berdaya. Budi terus melumat mulutnya. Sementara Anto memperkosa anusnya. Viona lemas tak berdaya sementara kedua lubang di tubuhnya disodok bergantian.
Payudaranya diremas dari depan maupun belakang. Tubuhnya yang basah oleh peluh semakin membuat dirinya tampak erotis dan merangsang. Juga rintihannya. Tiba-tiba gerakan kedua pemerkosanya yang semakin cepat dan dalam mendadak berhenti.
Viona ditelentangkan dengan tergesa kemudian Budi menyodokkan kemaluannya ke mulut gadis itu. Viona gelagapan ketika Budi mengocok mulutnya kemudian mendadak kepala Viona dipegang erat dan… “Crrrt! Crrrt!”, cairan sperma Budi muncrat ke dalam mulutnya, bertubi-tubi. Viona merasa akan muntah.
Tapi Budi terus menekan hidung Viona hingga ia terpaksa menelan cairan kental itu. Budi terus memainkan batang kemaluannya di mulut Viona hingga bersih. Viona tersengal sengal berusaha menelan semua cairan lengket yang masih tersisa di langit-langit mulutnya.
Mendadak Anto ikut memasukkan batang kemaluannya ke mulut Viona. Kembali mulut gadis itu diperkosa. Viona terlalu lemah untuk berontak. Ia pasrah hingga kembali cairan sperma mengisi mulutnya. Masuk ke tenggorokannya.
Viona menangis sesengggukan. Anto memakai celana dalam Viona untuk membersihkan sisa spermanya. “Wah.. bener-bener kenangan indah, Yuk..”, ujar Budi sambil membuka pintu belakang. Tak lama kemudian 3 orang satpam lain masuk.
“Ayo, sekarang giliran kalian!”, Viona terkejut melihat ke-3 satpam bertubuh kekar itu. Ia akan diperkosa bergiliran semalaman. Celakanya, ia sudah pamit dengan teman sekamarnya Ita, bahwa ia tak pulang malam ini karena harus ke rumah saudaranya hingga tentu tak akan ada yang mencarinya.
Viona ditarik ke tengah lobby bank itu. Dikelilingi 6 orang lelaki kekar yang sudah membuka pakaiannya masing-masing hingga Viona dapat melihat batang kemaluan mereka yang telah mengeras.
“Ayo Viona , kulum punyaku!”, Viona yang hanya mengenakan stocking itu dipaksa mengoral mereka bergiliran. Tubuhnya tiba-tiba di buat dalam keadaan seperti merangkak. Dan sesuatu yang keras mulai melesak paksa di lubang anusnya.
“Akhh…, mmmhhh.., mhhh…”, Viona menangis tak berdaya. Sementara mulutnya dijejali batang kemaluan, anusnya disodok-sodok dengan kasar. Pinggulnya yang kencang dicengkeram. “Akkkghhh! Isep teruss…!, Ayooo”.
Satpam yang tengah menyetubuhi mulutnya mengerang ketika cairan spermanya muncrat mengisi mulut Viona. Gadis itu gelagapan menelannya hingga habis. Kepalanya dipegangi dengan sangat erat. Dan lelaki lain langsung menyodokkan batang kemaluannya menggantikan rekannya. Viona dipaksa menelan sperma semua satpam itu bergiliran.
Mereka juga bergiliran menyodomi dan memperkosa semua lubang di tubuh Viona bergiliran. Tubuh Viona yang sintal itu basah berbanjir peluh dan sperma. Stockingnya telah penuh noda-noda sperma kering.
Akhirnya Viona ditelentangkan di sofa, kemudian para satpam itu bergiliran mengocok kemaluan mereka di wajahnya, sesekali mereka memasukkannya ke mulut Viona dan mengocoknya disana, hingga secara bergiliran sperma mereka muncrat di seluruh wajah Viona. Ketika telah selesai Viona telentang dan tersengal-sengal lemas.
Tubuh dan wajahnya belepotan cairan sperma, keringat dan air matanya sendiri. Viona pingsan. Tapi para satpam itu ternyata belum puas. “Belum pagi nih”, ujar salah seorang dari satpam itu. “Iya, aku masih belum puas…”.
Akhirnya muncul ide mereka yang lain. Tubuh telanjang Viona diikat erat. Kemudian mereka membawanya ke belakang kantornya. Bagian belakang bank itu memang masih sepi dan banyak semak belukar. Viona yang masih dalam keadaan lemas diletakkan begitu saja di sebuah pondok tua tempat para pemuda berkumpul saat malam.
Hujan telah berhenti tetapi udara masih begitu dinginnya. Mulut Viona disumpal dengan celana dalamnya. Ketika malam semakin larut baru Viona tersadar. Ia tersentak menyadari tubuhnya masih dalam keadaan telanjang bulat dan terikat tak berdaya. Ia benar-benar merasa dilecehkan karena stockingnya masih terpasang.
Tiba-tiba saja terdengar suara beberapa laki-laki. Dan mereka terkejut ketika masuk. “Wah! Ada hadiah nih!”, aroma alkohol kental keluar dari mulut mereka. Viona berusaha meronta ketika mereka mulai menggerayangi tubuh sintal telanjangnya. Tapi ia tak berdaya. Ada 8 orang yang datang. Mereka segera menyalakan lampu listrik yang remang-remang.
Tubuh Viona mulai dijadikan bulan-bulanan. Viona hanya bisa menangis pasrah dan merintih tertahan. Ia ditunggingkan di atas lantai bambu kemudian para lelaki itu bergiliran memperkosanya. Semua lubang di tubuhnya secara bergiliran dan bersamaan disodok-sodok dengan sangat kasar.
Kembali Viona bermandi sperma. Mereka menyemprotkannya di punggung, di pantat, dada dan wajahnya. Setiap kali akan pingsan, seseorang akan menampar wajahnya hingga ia kembali tersadar. “Ini kan teller di bank depan?” Mereka tertawa-tawa sambil terus memperkosa Viona dengan berbagai posisi.
Viona yang masih terikat dan terbungkam hanya dapat pasrah menuruti perlakuan mereka. Cairan berwarna putih dan merah kekuningan mengalir dari lubang pantat dan vaginanya yang telah memerah akibat dipaksa menerima begitu banyak batang penis.
Ketika seseorang sedang sibuk menyodominya, Viona tak tahan lagi dan akhirnya pingsan. Entah sudah berapa kali para pemabuk itu menyemprotkan sperma mereka ke seluruh tubuh Viona sebelum akhirnya meninggalkannya begitu saja setelah mereka puas.
EmoticonEmoticon